SAFETY PATROL
A.
Pengertian Safety Patrol
Safety Patrol merupakan kegiatan inspeksi yaitu dengan melakukan keliling di setiap
area di perusahaan untuk mencari keadaan yang tidak sesuai dengan standar dan
temuan tersebut akan dibuat laporan untuk selanjutnya dipresentasikan (TMMIN,
2006).
Kegiatan safety patrol tidak dilakukan individu melainkan dilaksanakan
bersama tim yang telah ditunjuk oleh management.
Safety patrol dilakukan oleh sekitar
10 orang, apabila ada temuan maka temuan tersebut harus didiskusikan terlebih
dahulu apakah keadaan tersebut memang tidak sesuai dengan standar (TMMIN, 2006)
Safety Patrol adalah salah satu
alat mengontrol/pengawasan untuk memastikan apakah standar yang sudah ada telah
dilaksanakan atau belum, biasanya team patrol datang ke lapangan untuk mengecek
kinerja K3. Team patrol tersebut mencatat beberapa temuan dan menjadi dasar
mekanisme safety finding atau non conformance notice – closed out.
Hasil temuan menjadi dasar dari
tindakan perbaikan, dan hal ini berlaku untuk rentang waktu tertentu yang telah
di sepakati untuk segera melakukan tindakan perbaikan atas temuan tersebut. Hal
ini tertuang dalam sebuah form resmi yang telah disepakati, terdapat reason
finding, person in charge dan deadline waktu perbaikan serta dilampirkan juga
foto after – before. Setelah semua terdokumentasi dengan baik selanjutnya hal
ini dikomunikasikan kembali kepada masing-masing pihak (mainkon, client, user,
dll).
Safety Patrol juga biasa disebut
sebagai manajemen work down atau manajemen workthrough, harus terjadwal dan
dikomunikasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam sebuah project tentunya.
Hal ini juga sebagai bagian dari leading indicator untuk meminimalisir lagging
indicator.
B.
Tujuan Safety Patrol
Menurut Bird dan Germani (1986)
bahwa inspeksi atau safety patrol adalah
suatu cara terbaik untuk menemukan masalah-masalah dan menilai risikonya
sebelum kerugian atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi.
Program inspeksi/safety patrol harus
dilakukan secara terstruktur dan mempunyai beberapa tujuan umum, seperti:
a. Mengidentifikasi masalah-masalah
yang potensial yang tidak terantisipasi selama proses desain ataupun selama
analisis tugas- tugas/pekerjaan.
b. Mengidentifikasi defisiensi atau
ketidakfungsian mesin-mesin dan peralatan kerja.
c. Mengidentifikasi kondisi
lingkungan kerja dan tindakan-tindakan tidak aman atau tidak sesuai dengan
prosedur kerja.
d. Mengidentifikasi pengaruh dan
perubahan proses produksi atau perubahan material.
e. Mengidentifikasi tindakan
korektif yang kurang tepat yang dapat menimbulkan masalah lain di tempat kerja.
f. Menyediakan informasi K3 untuk
bahan evaluasi diri bagi manajemen perusahaan.
g. Mendemonstrasikan komitmen
manajemen melalui tindakan nyata dalam bidang K3 di tempat kerja.
Tugas safety
supervisor dalam
kegiatan safety patrol:
a.
Mencatat
masalah yang menyimpang dari standar K3 yang ditemukan saat inspeksi.
b.
Menindaklanjuti
penyimpangan tersebut dengan laporan ketidaksesuaian.
c.
Mendistribusikan
penyimpangan tersebut kepada pihak terkait (paling lambat 60 menit setelah
inspeksi K3).
d.
Monitorinng
pelaksanaan perbaikan.
Dalam melaksanakan safety patrol perlu diperhatikan hal-hal
yang perlu dilakukan pengecekan sehingga dapat terfokus dalam mencari hal-hal
yang tidak sesuai dengan standar. Adapun item yang perlu dilakukan pengecekan
adalah seluruh aspek safety di tempat kerja yang meliputi:
a.
Potensi bahaya orang dan lingkungan (unsafe
action dan unsafe condition).
b. Potensi bahaya mesin (safety equipment and safety device).
c. Kelengkapan APD (TMMIN, 2006).
Beberapa tahap Safety Patrol yang efektif apabila penerapannya sudah
dilaksanakan:
1.
Melibatkan
semua manajemen terutama para pimpinan (kepala bagian).
2.
Membuat
jadwal yang konsisten misalnya 1 bulan sekali.
3.
Jangan
mencari kesalahan pada saat safety patrol.
4.
Lakukan
komunikasi dua arah buat pertanyaan yang memuat dirinya menjawab.
5.
Lakukan
evaluasi dengan mereka pada saat pertemuan safety.
6.
Beri
sangsi bagi yang melanggar dan beri penghargaan bagi yang disiplin.
7.
Siapkan
peralatan visual dan kamera untuk mendukung kegiatan.
C.
4 Tahap
Mengendalikan Bahaya Bekerja Sendirian (Lone
Worker)
Berikut
adalah 4 tahap dalam mengendalikan bahaya dari Pekerja Sendiri:
1. Pembuatan Prosedur
Prosedur yang khusus terkait
dengan pekerja sendiri mutlak diperlukan untuk mengendalikan bahaya dari
pekerja sendiri. Prosedur tersebut dapat berisi skup dari “pekerja sendiri” itu
apa saja, dalam durasi berapa serta apa definisi spesifik lain dalam pekerja
sendiri. Prosedur juga dapat mengatur pembagian tanggung jawab dari menenjemen
juga dalam kasus jika ada intervensi kontraktor. Selain itu, pengendalian
terhadap kondisi darurat juga dapat dimasukan.
2. Indentifikasi
resiko
Semua lokasi dan pekerjaan yang
masuk dalam kategori pekerja sendiri harus diidentifikasi dan direkam dalam
dokumen. Penting juga agar karyawan-karyawan terlibat dalam identifikasi resiko
yang ada.
3. Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko harus
mempertimbangkan hierarki pengendalian bahaya. Beberapa contoh pengendalian
resiko berdasarkan hierarki pengendalian bahaya adalah sebagai berikut:
a.
Eliminasi: Beberapa pekerja berbahaya seperti bekerja di
atap dan di ruang terbatas mutlak harus menggunakan metode eliminasi bahaya
bekerja sendiri. Setiap pekerja harus didampingi minimum oleh 1 orang dalam
metode eliminasi.
b.
Substitusi: Misalnya merubah jam kerja, patroli malam
diubah menjadi hanya ketika siang dengan kondisi lebih ramai orang.
c.
Pengendalian Engineering:
beberapa contoh antara lain adalah pemasangan CCTV, penggunaan Radio Handy Talk untuk tetap terus
berkomunikasi, penggunaan aplikasi panic
button, dan pengunaan life saver
yang dapat mendeteksi jika pengguna jatuh terbaring ataupun bisa juga sebagai panic button.
d.
Kendali Organisasi
1)
Pelatihan terkait dengan bahaya bekerja sendiri
2)
Membuat mekanisme setiap beberapa waktu sekali harus
melapor ke orang terdekat
3)
Menggunakan izin kerja
4.
Pemantauan Implementasi di Lapangan
Pemantauan pelaksanaan sangat
penting dalam pengendalian bahaya pekerja sendiri. Dengan pemantauan, kita bisa
melihat dimana titik lemah dalam pengendalian kita sehingga kita bisa terus
melakukan pengembangan yang terus menerus guna mencegah terjadinya kecelakaan
akibat bekerja sendiri.
Bagus
BalasHapus